Laman

Selasa, 28 Agustus 2012


VISIBILITAS HILAL
Prediksi Awal Bulan Syawwal 1433 Hijriyah
Oleh : Mutoha Arkanuddin
Diposting oleh : admin
Pada 2 Agustus 2012

Awal Ramadhan tahun ini telah dimulai pada hari yang berbeda-beda di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini sudah nampak dari kalender yang dibuat oleh masing-masing kelompok yang mencantumkan angka 1 Ramadhan pada tanggal yang berbeda. Muncul pertanyaan lagi "Apakah lebaran tahun ini juga berbeda?". Jawabannya tentu  bisa bareng bisa juga berbeda, tapi semoga jangan terlalu khawatir sebab berdasarkan kalender yang beredar di masyarakat Insya Allah lebaran tahun ini akan kita rayakan bersama-sama, kecuali mungkin beberapa kelompok masyarakat yang mendasarkan pada hitungan tradisional sehingga hasilnya berbeda.

Sabtu, 18 Agustus 2012 sore merupakan saat pelaksanaan rukyatul hilal untuk menentukan awal bulan Syawwal 1433 Hijriyah bertepatan 29 Ramadhan 1433. Hal ini berdasarkan pada Taqwim Standard Indonesia dan hasil rukyat pada bulan sebelumnya yang menyimpulkan sama, walaupun kalender yang mendasarkan pada kriteria wujudul hilal menyimpulkan berbeda.

Hari itu dari Pos Observasi Bulan Bukit Bela-belu Parangkusumo, Matahari terbenam pada pukul 17:39 WIB pada azimuth 282°53' atau 22,9° di Utara titik Barat. Tinggi Hilal saat Matahari terbenam 7°21' atau 7,3° di atas ufuk mar'i di kiri-atas Matahari. Bulan terbenam pada 18:10 WIB pada azimuth 274°43'. Pada kondisi seperti ini secara astronomis Hilal berpeluang dirukyat baik menggunakan mata telanjang maupun teleskop. Namun demikian kesimpulan awal bulan masih menunggu laporan kegiatan rukyat.
RHI Yogyakarta akan melakukan rukyatul hilal secara resmi bersama Tim BHR DIY di POB Bela-belu Parangkusumo Yogyakarta pada Sabtu, 18 Agutus 2012 di POB Bela-belu Parangkusumo, Bantul Yogyakarta. Seperti halnya tahun lalu, tahun ini juga RHI Yogyakarta menjadi salah satu Tim rukyat nasional dari 16 lokasi Rukyat Nasional di Indonesia kerjamasama antara BHR Kemenag DIY, Telkom DIY, Kominfo dan Bosscha. Tahun ini menyusul RHI Solo dan RHI Kudus juga menyusul menjadi salah satu anggota Tim. Hasil Streaming online Hilal 2012 ini dapat dilihat di website berikut :  



REUNI KELUARGA BANI DARSANAH

BANI DARSANAH HIJRIAH 1433 ( 25 AGUSTUS 2012 )







SUASANA TEMU KELUARGA BANI DARSANAH YANG DIADAKAN DI MERGOSONO

Minggu, 08 Juli 2012

Revetment


A. Definisi dan Klasifikasi
Bangunan pantai merupakan bangunan yang digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai, yaitu:
  1. Memperkuat/melindungi pantai agar mampu menahan serangan  gelombang,
  2. Mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai,
  3. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai,
  4. Reklamasi dengan manambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain.
Sesuai dengan fungsinya seperti tersebut di atas, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu:
  1. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai. Bangunan yang termasuk dalam kelompok ini adalah dinding pantai atau revetment yang dibangun pada garis pantai atau di daratan yang digunakan untuk melindungi pantai langsung dari serangan gelombang.
  2. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan sambung ke pantai. Kelompok ini meliputi groin dan jetty. Groin adalah bangunan yang menjorok dari pantai ke arah laut, yang digunakan untuk menangkap/menahan gerak sedimen sepanjang pantai, sehingga transpor sedimen sepanjang pantai berkurang/berhenti. Jetty adalah bangunan tegak lurus garis pantai yang ditempatkandi kedua sisi muara sungai. Bangunan ini digunakan untuk menahan sedimen/pasir yang bergerak sepanjang pantai masuk dan mengendap di muara.
  3. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar dengan garis pantai. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pemecah gelombang (breakwater), yang dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang lepas pantai dan pemecah gelombang sambung pantai.
Revetment atau perkuatan lereng merupakan bangunan yang ditempatkan pada suatu lereng yang berfungsi melindungi suatu tebing alur pantai atau permukaan lereng dan secara kesuluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur pantai atau tubuh tanggul yang dilindungi. Secara khusus, dinding pantai atau revetment juga dapat didefinisikan sebagai bangunan yang memisahkan daratan dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai dinding pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datangnya gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring. Dinding pantai biasanya berbentuk dinding vertikal sedangkan revetment mempunyai sisi miring.
Revetment ditempatkan di tebing pantai untuk menyerap energi air yang masuk guna melindungi suatu tebing alur pantai atau permukaan lereng tanggul terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat.

Klasifikasi Revetment

1. Klasifikasi berdasarkan lokasi

  • Ø Perkuatan lereng tanggul (levee revetment)
Dibangun untuk melindungi tanggul terhadap gerusan gelombang pantai.
  • Ø Perkuatan tebing sungai (low water revetment)
Berfungsi untuk melindungi tebing dari gerusan gelombang dan   mencegah proses meander pada tebing pantai. Dan bangunan ini akan terendam air seluruhnya pada saat banjir.
  • Ø Perkuatan lereng menerus (high water revetment)
Dibangun pada lereng tanggul dan tebing secara menerus atau pada bagian pantai yang tidak ada bantarannya.

2. Berdasarkan perlindungan alur arah horizontal

a. Perkuatan tebing secara langsung dan tidak langsung:
a)  Struktur kaku dari beton bertulang atau pasangan batu kali;
b)  Struktur lentur dari bronjong batu, pasangan blok beton terkunci, batu  curah (dumpstone).
b. Perkuatan tebing secara langsung:
Penggunaan perkuatan tebing secara langsung jika palung sungai belum terlanjur berpindah ke kondisi yang tidak menguntungkan, dan lahan di sisi luar palung diharapkan sama sekali tidak boleh tergerus oleh aliran sungai.
c. Perkuatan tebing secara tidak langsung:
a) Struktur tiang pancang beton, besi, kayu atau bambu;
b) Struktur krib bronjong batu atau blok beton terkunci, krib bambu dikombinasi dengan tanaman bambu/tanaman yang lain. Penggunaan perkuatan tebing secara tidak langsung jika palung sungai sudah terlanjur pada kondisi yang kurang menguntungkan sehingga perlu diubah/dikendalikan ke kondisi yang lebih baik.
B. Bahan Revetment
Bangunan revetment ditempatkan sejajar atau hampir  sejajar dengan garis pantai dan bisa terbuat dari pasangan batu, beton, tumpukan pipa (buis) beton, turap, kayu atau tumpukan batu. Dalam perencanaan dinding pantai atau revetment perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air baik di depan maupun di belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan dan sebagainya.
Ada dua kelompok revetment, yaitu permeable dan impermeable.
Permeable Revetment
Open filter material (rip rap)
Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam atau batu buatan yang dilapisi filter pada bagian dasar bangunan.
Stone pitching
Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam saja dengan lapisan filter pada bagian dasar bangunan.
Concrete block revetment
Yaitu revetment yang terbuat dari blok beton dengan ukuran tertentu dan lapisan filter pada bagian dasar bangunan.
Impermeable Revetment
Aspalt revetment
Yaitu revetment yang bahannya dari aspal pada tebing yang dilindungi.
Bitumen grouted stone
Yaitu revetment yang terbuat dari blok beton yang diisi oleh aspal (spaesi aspal).

Beberapa contoh bahan penyusun revetment secara umum antara lain:
  1. Revetment dari susunan blok beton
Bangunan masif ini digunakan untuk menahan gelombang besar dan tanah dasar relatif kuat (misalnya terdapat batu karang). Selain itu bangunan ini juga digunakan untuk melindungi bangunan (jalan raya) yang berada sangat dekat  dengan garis pantai.
2. Revetment dengan turap baja
Bangunan ini didukung oleh fondasi tiang dan dilengkapi dengan turap baja yang berfungsi untuk mencegah erosi tanah fondasi oleh serangan gelombang dan piping oleh aliran air tanah. Selain itu kaki bangunan juga dilindungi dengan batu pelindung. Fondasi bangunan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari terjadinya penurunan tidak merata yang dapat menyebabkan pecahnya konstruksi.
3. Revetment dengan sisi tegak
Bangunan ini dapat juga dimanfaatkan sebagai dermaga untuk merapat/bertambatnya perahu-perahu/kapal kecil pada saat laut tenang. Untuk menahan tekanan tanah dibelakangnya, turap tersebut diperkuat dengan angker. Kaki bangunan harus dilindungi dengan batu pelindung.
4. Revetment dari tumpukan bronjong
Bronjong adalah anyaman kawat berbentuk kotak yang didalamnya diiisi batu. Bangunan ini bisa menyerap energi gelombang, sehingga elevasi puncak bangunan bisa rendah (runup kecil). Kelemahan bronjong adalah korosi dari kawat anyaman, yang merupakan faktor pembatas dari umur bangunan. Supaya bisa lebih awet, kawat anyaman dilapisi dengan plastic (PVC).
5. Revetment dari tumpukan batu pecah
Bangunan ini biasanya dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar merupakan lapis pelindung yang terbuat dari batu dengan ukuran besar yang direncanakan mampu menahan serangan gelombang. Lapis di bawahnya terdiri dari tumpukan batu dengan ukuran lebih kecil. Bangunan ini merupakan konstruksi fleksibel yang dapat mengikuti penurunan atau konsolidasi tanah dasar. Kerusakan yang terjadi, seperti longsornya batu pelindung, mudah diperbaiki dengan menambah batu tersebut. Oleh karena itu diperlukan persediaan batu pelindung di dekat lokasi bangunan.
6. Revetment dari tumpukan pipa (buis) beton
Bangunan pelindung pantai dari susunan pipa beton telah banyak digunakan di Indonesia. Bangunan ini terbuat dari pipa beton berbentuk bulat, yang banyak dijumpai di pasaran dan biasanya digunakan untuk membuat gorong-gorong, sumur gali, dan sebagainya. Pipa tersebut disusun secara berjajar atau bertumpuk dan didalamnya dapat diisi dengan batu atau beton siklop.
B.1 Concrette Mattresses
Suatu matras beton secara sederhana adalah suatu elemen konstruksi yang dibentuk dengan cara menyuntikkan suatu bahan grout koloid ke dalam suatu cetakan yang terbuat dari bahan fabric sintetik. Ketebalan matras ditentukan oleh penyekat woven di dalam fabric tersebut. Sistem ini mengijinkan konstruksi dari elemen-elemen yang berbeda, yang dapat digunakan untuk pencegahan erosi, memperbaiki aliran air, atau sebagai bahan kedap air (waterproofing). Berbagai jenis matras telah dipatenkan.
Matras beton digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain: proteksi dan konsolidasi lereng atau dasar kanal, sungai, saluran, tebing pantai, atau struktur-struktur sejenis. Matras beton dapat disesuaikan untuk pelbagai keperluan yang berbeda dalam badan air atau konstruksi maritim, dan kemudian dimensinya ditentukan menurut kebutuhan. Campuran beton yang biasa digunakan sebagai bahan pengisi adalah semen (tipe V untuk aplikasi pada lingkungan maritim) sebesar 600 kg/m3, pasir 1200 kg/m3, air 360 kg/m3 (rasio w/c = 0,6).
Menurut tipenya dikenal 2 kelompok:
  • Matras standar; yang biasanya digunakan jika tanah dasar keras, untuk memenuhi fungsi perlindungan tebing dan dasar sungai atau untuk menyekat struktur-struktur hidrolis.
  • Matras panel; memiliki kapasitas drainasi yang tinggi karena lubang-lubang drain (weep hole) yang besar pada selang 0,6 dan 2,0 pada kedua arah menurut kebutuhan. Tersedia untuk sebarang panjang dan lebar dengan berat luas antara 200 sampai 1000 kp/m2 sehingga dapat dirakit sesuai dengan keperluan khusus.
Beberapa keuntungan penggunaan matras beton adalah sebagai berikut:
  1. Kekuatan, yaitu berat dasar sesuai dengan keperluan
  2. Dapat dibuat dalam bentuk kaku atau lentur
  3. Dengan atau tanpa sambungan
  4. Tembus atau kedap air
  5. Relatif tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca buruk selama pelaksanaan
  6. Instalasi di bawah air juga dimungkinkan
  7. Tidak diperlukan ‘predraining’
  8. Pelaksanaan relatif cepat
  9. Ketahanan (durability) hampir tidak terbatas
  10. Tidak memerlukan ‘sheet piling’
  11. Ekonomis
  12. Penyederhanaan prosedur pelaksanaan karena hanya menggunakan satu proses dan satu bahan (buatan) saja
  13. Berbagai tipe matras dapat dikombinasikan sesuai dengan keperluan
  14. Secara ekologis menguntungkan
  15. Telah terbukti memuaskan dalam pelbagai aplikasi
  16. Cocok diterapkan pada hampir semua kondisi lereng/kontur
Proteksi tebing (Bank & lock protection)
Di daerah pelabuhan, matras diletakkan menutupi tebing pantai yang sebagian besar dapat tertutup air dan ditempatkan sampai mencapai kedalaman 12 m. Tujuan matras adalah untuk memproteksi tanah berpasir terhadap bahaya gerusan. Matras panel dengan ketebalan 18 cm dan suatu bantalan (cushion) berukuran 0,85 x 0,85 m2 telah digunakan. Matras panel juga digunakan untuk melindungi pantai terhadap gelombang pasang bertekanan kuat.

Rekayasa Pantai
Tanggul tua di pulau North Sea telah diperbaiki dengan matras panel. Matras tersebut memberikan proteksi terhadap erosi ekstrim yang disebabkan oleh gelombang dan arus. Suatu timbunan dyke dibuat untuk melindungi reklamasi pantai pada pantai North Sea. Panjang garis lereng antara kaki dyke dan kepalanya adalah sekitar 15 m. Untuk mencapai suatu keadaan tanpa sambungan, matras dijahit bersama-sama di lokasi untuk membentuk jalur sepanjang 400 m. Outlet-outlet berbentuk kurva dan gorong-gorong pipa dibuat secara khusus untuk menyesuaikan dengan bentuk lereng.

Stabilitas
Sistem ini memberikan proteksi yang tahan-erosi untuk menstabilkan lereng terhadap gaya-gaya perusak yang ditimbulkan air. Ukuran, berat, dan konfigurasi persisnya harus ditentukan oleh kecepatan rencana atau tinggi gelombang rencana. Perlu dicatat bahwa sementara instalasi dapat dilaksanakan pada lereng yang lebih curam daripada untuk proteksi dengan riprap, metode revetment itu sendiri tidak dapat dipergunakan untuk memperbaiki stabilitas lereng.
Fleksibilitas
Biasanya revetment tidak direkomendasikan untuk kondisi-kondisi di mana konsolidasi yang besar diperkirakan dapat terjadi. Beberapa bentuk cetakan mampu mengakomodasi penurunan lebih baik dari yang lain. Artikulasi minor diijinkan oleh karena fungsi penulangan modulus rendah dari lapisan tekstil. Ini mengijinkan retakan minor pada beton, dan mencegah kehancuran sistem revetment oleh retakan yang tak terkontrol.
Filtrasi
Suatu sifat penting dalam beberapa konfigurasi adalah kemampuan melewatkan air tanah untuk melepas tekanan uplift hidrostatik. Permeabilitas revetment adalah suatu fungsi dari pelipatan (weave) tekstil, area permukaan, dan frekuensi lubang drain (weep holes). Diperlukan bahwa permeabilitas adalah sama dengan drainase natural dari embankment yang diproteksi. Sebagai suatu aturan umum :
k(fabric) > 10 x k(soil)
Setara dengan hal tersebut efek filtrasi pada lubang drain mestilah sama dengan :
O90/D85 < 1
Vegetasi
Algae dan kebanyakan tipe vegetasi biasanya tumbuh melampaui permukaan sistem revetment. Profil yang lebih tidak beraturan mengijinkan deposit lanau dan titik-titik tangkapan untuk mengapung dan memberikan suatu kondisi lingkungan yang sempurna untuk memantapkan vegetasi. Bahkan akar-akaran dari tanaman-tanaman kecil dapat menembus filter, memberikan penjangkaran dan estetika yang lebih baik kepada hasil instalasi.
Ketahanan Aliran
Jelas terlihat bahwa koefisien kekasaran (nilai ‘n’ dalam formula Manning) dapat bervariasi banyak. Ketebalan konstan dari cetakan memiliki nilai ‘n’ serendah 0,01 sementara bentuk yang paling tidak beraturan dapat memiliki harga 0,05.
Kecepatan Arus dan Tinggi Gelombang
Kinerja hasil akhir revetment dalam aspek ini berkaitan langsung dengan ketebalan potongan, kekuatan tekan, dan stabilitas lereng. Potongan yang tidak seragam dengan ketebalan nominal 100 mm memiliki batas ketinggian gelombang 3-4 kaki. Ketinggian ini selanjutnya tereduksi jika kecepatan arus di atas 5 ft/sec; mis. tinggi gelombang 2 kaki dan kecepatan air 20 ft/sec telah dapat diakomodasi. Potongan-potongan yang regular dengan ketebalan 300 mm atau lebih besar menghasilkan struktur yang sangat berbeda untuk menahan kondisi badai yang paling buruk.
B.2 Revetment Pabrikasi
Filter Hidrostatis
Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis dari Revetment Systems International ini merupakan penanganan erosi monolitik kuat yang terdiri dari pembungkusan tanah berlapis ganda diisi dengan beton yang seluruhnya padat. Proses pembentukan multi-arah khusus yang diterapkan memungkinkan lapisan-lapisan bahan yang berbeda dibentuk bersama-sama pada pusat tertentu untuk membentuk filter hidrostatis yang memungkinkan perlindungan lapisan untuk ‘bernafas’, mengeluarkan tekanan hidrostatis di belakang struktur terpasang.
Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis berbiaya rendah, permanen dan merupakan alternatif utama dalam metode tradisional pengendalian erosi seperti beton cast-in-situ atau beton shot-in-situ, pemasangan batu, penutupan atau pelapisan dengan batu.  Oleh karena keunikan konstruksi yang dibungkus bahan ini, Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis dapat dipasang baik di atas maupun di bawah permukaan air.

Keberagaman fungsi rancangan dan pemasangan Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis membuatnya sesuai untuk berbagai proyek yang tak terbatas.
Flexbox
Sementara mempertahankan semua sifat sistem Lapisan permukaan Beton Filter Hidrostatis, sistem lapisan Flexblock dirancang untuk mengakomodasi pergerakan di tanah yang mendasari. Sifat ini benar-benar mengembangkan konsep perlindungan erosi dengan beton lapisan tersusun. Proses pembentukan yang dipatenkan ini yang dikembangkan oleh Revetment Systems International ini menciptakan sebuah lapisan yang terbagi menjadi panel-panel yang saling berhubungan dengan tabung grout.
Tabung-tabung tersebut memungkinkan adanya keseragaman inflasi lapisan. Setiap tabung grout dirancang untuk berfungsi sebagai titik potong yang memungkinkan setiap panel bergerak secara bebas sewaktu lapisan tersusun mempertahankan kelengkapan perlindungan. Seperti halnya dengan berbagai macam sistem perlindungan yang ditawarkan oleh Revetment Systems International, sistem Flexblock dapat dipasang baik di atas maupun di bawah permukaan air. Sifat unik sistem Flexblock ini menawarkan solusi efektif terhadap masalah pengendalian erosi yang memerlukan sistem perlindungan yang fleksibel dengan biaya kompetitif.
Growth Matt
Produk ini telah dirancang dengan memanfaatkan efek-efek pengikatan dan kamuflase tumbuh-tumbuhan, dengan stabilitas dan perlindungan tanggung yang dijaga melalui gabungan jaringan yang berkelanjutan dari susunan yang dimasuki tabung grout.
Growth Matt diletakkan di atas permukaan yang ada atau yang bagian atasnya tanah dengan grout berkekuatan tinggi. Ulir susunan antara jaringan tabung bertujuan untuk mempertahankan tanah sebelum penanaman tumbuhan.
Jika area yang diberi benih telah terbentuk dengan sendirinya, ulir-ulir susunan dapat membantu mengikat tanahan ke struktur jaringan, dan kemudian membentuk perisai pelindung yang terpadu terhadap erosi. Seperti yang dijelaskan di atas, susunan tersebut dapat diwarnai di lokasi atau di mill untuk mengkamuflasekan produk lebih lanjut.
Aplikasi produknya beragam dari pengaliran dengan garis keliling hingga saluran pengalihan, aliran air banjir dengan kekentalan rendah, perlindungan tanggul dan pekerjaan lapangan (batu kerikil dapat disebarkan di atas area untuk menggantikan tumbuhan).
Penggunaan grout yang efisien di seluruh sistem merupakan alternatif yang efektif dengan harga yang menguntungkan.


B.3 Revetment Tipe Blok Beton Bergigi
Struktur  revetment terdiri dari unit-unit pelindung yang disusun membentuk kemiringan dikenal dengan struktur tipe rubel (periksa Gambar 4) . Unit pelindung bagian luar yang dikenal dengan istilah armor ini dapat dibuat dari batu belah/bulat atau dari blok-blok beton. Blok beton sebagai armor yang sudah dikenal antara lain kubus, tetrapod, aknon, dan dolos.

Blok Beton Bergigi ini merupakan balok beton dengan perbandingan ukuran panjang (p): lebar (l) : tinggi (t) = 6 : 4 : 5. Ukuran minimum = 20 cm. Pada bagian depan dipasang gigi dengan tebal 8 cm dan tinggi 10 cm. Di bagian belakang diberi lubang dan dilengkapi dengan sekat. Sekat dimaksudkan agar tidak terjadi pergeseran posisi blok beton arah horizontal. Pada Gambar 5 disajikan sketsa blok beton bergigi.
Terbatasnya batu alam dengan ukuran dan berat tertentu, telah mendorong penelitian dan inovasi yang menghasilkan batu pengganti, yang dikenal dengan blok beton bergigi. Stabilitas  unit  armor  ditentukan  oleh  koefisien  stabilitas  yang  disingkat  KD.  Untuk  tinggi gelombang yang sama, makin besar harga KD, maka berat armor yang diperlukan makin ringan, yang berarti lebih ekonomis.
Armor  tidak dapat berdiri  sendiri-sendiri,  tetapi bekerja bersama-sama.  Ikatan antar unit  yang satu dengan  yang  lain  tergantung dari  jenis armor.
Salah  satu  fungsi  dari  penelitian di Puslitbang Sumber Daya Air  adalah mencari  jenis  armor yang mempunyai harga KD yang besar, sehingga diperoleh unit armor yang ringan dan apabila memungkinkan dalam pelaksanaannya  tidak menggunakan alat-alat berat. Dari beberapa blok beton  yang  telah  diuji  coba,  salah  satunya  adalah  blok  beton  bergigi.
Ikatan antara blok yang satu dengan yang  lain (interlocking) diperkuat dengan adanya gigi, sehingga  sulit  lepas. Dari  hasil  penelitian diperoleh harga KD untuk blok beton  bergigi  ini adalah 4.0.
Selain berat armor, salah satu besaran lain adalah tinggi rayapan. Pada tembok yang kedap dan halus,  tinggi  rayapan akan  lebih  tinggi dibandingkan dengan  lapisan permeabel yang kasar. Untuk mengurangi  tinggi  rayapan, maka dalam pemasangan blok-blok beton diberi celah. Bidang celah diusahakan agar  terjadi  suatu proses aliran air  yang masuk  ke  celah yang dapat mengurangi  tinggi  rayapan. Makin  rendah  tinggi  rayapan, elevasi struktur akan makin rendah dan biaya yang diperlukan akan lebih murah.
C. Langkah-langkah Pokok Perancangan
Dalam perencanaan dinding pantai atau revetment perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air baik di depan maupun di belakang bangunan.

Filosofi dan Parameter Disain
Dalam menyelesaikan permasalahan proteksi pantai (coastal), filosofi perancangannya adalah mula-mula menghargai dan kemudian meningkatkan metode-metode alamiah untuk melindungi garis pantai. Filosofi tersebut dapat dipenuhi dengan jalan menghindarkan gaya-gaya destruktif dari gelombang besar laut menumbuk langsung (head-on). Selanjutnya perhatian dapat diarahkan pada zona-zona yang berenergi lebih rendah seperti dasar laut di sekitar pantai, berm, dan pada perlindungan pantai-pantai stabil.
Parameter-parameter yang mempengaruhi kebanyakan desain adalah muka air laut dan gelombang-gelombang yang terjadi; biasanya dapat ditentukan dengan bantuan tabel-tabel perencanaan. Umumnya prediksi gelombang tersebut perlu diberi angka pengaman terhadap kemungkinan variasi tekanan atmosfer atau akibat angin, yang untuk kondisi-kondisi ekstrim dapat mencapai 2,0 m.
Kondisi-kondisi gelombang di suatu lokasi dapat ditentukan menggunakan teknik-teknik spektral, (permukaan laut dianggap sebagai paduan acak dari tinggi gelombang dan periode), atau suatu gelombang deterministik tunggal yang mengandung suatu energi ekivalen tertentu dengan periode Ts dan tinggi gelombang signifikan Hs. Yang terakhir tersebut adalah suatu ‘wakil statistik’ dari tinggi gelombang rerata dari satu sepertiga kali gelombang tertinggi yang diukur dalam suatu periode tertentu. Hs juga berkorelasi sangat baik dengan perkiraan visual terhadap ‘tinggi gelombang rerata’.
Pendekatan deterministik biasanya diambil untuk keperluan perancangan kasar dan digunakan di sini untuk memilih parameter-parameter gelombang yang dapat diperoleh dari tiga jenis informasi, yaitu :
Pengukuran gelombang langsung.
Pengukuran gelombang langsung memerlukan penggunaan alat pengukur lepas pantai, misalnya pelampung gelombang (wave rider buoy). Data dari pelampung pengukur tersebut dikonversikan ke dalam kondisi pantai dan diekstrapolasikan untuk memberikan tinggi gelombang rencana yang sesuai untuk usia rencana struktur yang ditinjau.
Data angin.
Jika tidak diperoleh data pengukuran langsung, data angin dapat pula dipergunakan untuk menaksir tinggi gelombang lepas pantai, menggunakan berbagai persamaan empiris. Untuk tujuan perancangan, suatu prosedur yang disederhanakan adalah sbb. :
  1. pilih periode ulang yang terkait dengan usia layan struktur;
  2. analisislah data angin untuk menentukan rerata kecepatan angin setiap jam menurut periode ulangnya;
  3. tentukan fetch efektif untuk setiap arah kompas;
  4. dapatkan kondisi-kondisi gelombang lepas pantai (Hso, Ts)
Dalam rangka menentukan kondisi-kondisi gelombang di lokasi, adalah perlu untuk memperhitungkan efek-efek modifikasi akibat kedalaman air yang semakin dangkal ketika gelombang semakin mendekati pantai.
Dua efek modifikasi ini adalah refraksi gelombang dan ‘shoaling’ gelombang. Kedua efek tersebut menjadikan ekspresi Hs efektif sbb. :
Hs = Kr.Ks.Hso
Koefisien refraksi Kr memperhitungkan modifikasi tinggi gelombang akibat penyebaran atau penggabungan gelombang ketika mendekati kontur dasar laut yang semakin dangkal. Nilai Kr karenanya adalah khas untuk setiap lokasi. Untuk garis pantai yang lurus dan kontur dasar laut paralel, tinggi gelombang cenderung mengecil. Sementara itu untuk garis pantai yang menjorok ke laut akan mengalami efek yang sebaliknya. Nilai-nilai yang teliti dapat diperoleh lewat analisis refraksi, tetapi untuk keperluan estimasi kasar dapat dianggap Kr mendekati 1,0. Umumnya berlaku :
0.5 < Kr < 1.0 embayment, garispantai lurus
1.0 < Kr < 1.5 promontory, garispantai menjorok
Koefisien shoaling (Ks) memperhitungkan modifikasi tinggi gelombang akibat perubahan kedalaman air ketika mendekati garis pantai.


 Fadly Soetrisno InstituteFadly Soetrisno Institute

Sabtu, 23 Juni 2012

Namaku Erlina, aku ingin berbagi cerita kepada saudariku

Namaku Erlina, aku ingin berbagi cerita kepada saudariku muslimah, bukan untuk mengajarkan tentang fiqih atau hadits atau hal lainnya yang mungkin ukhti muslimah telah jauh lebih dulu mengetahuinya daripada aku sendiri. Karena di masa lalu, aku beragama Kristen…
Sejak kecil aku beserta kedua adikku dididik secara kristen oleh kedua orangtuaku, bahkan aku telah dibaptis ketika masih berumur 3 bulan dan saat berusia 18 tahun aku telah menjalani sidhi, yaitu pengakuan setelah seseorang dewasa tentang kepercayaan akan iman kristen di depan jemaat gereja. Aku juga selalu membaca Alkitab dan membaca buku renungan –semacam buku kumpulan khotbah– bersama keluargaku di malam hari. Seluruh keluargaku beragama Kristen dan termasuk yang cukup taat dan aktif. Bahkan dari keluarga besar ayah, seluruhnya beragama Kristen dan sangat aktif di gereja sehingga menjadi pemuka dan pengurus gereja. Sedang dari keluarga ibu, nenekku dulunya beragama Islam, namun kemudian beralih menjadi Katholik.
Sejak kecil aku adalah anak yang sangat aktif dalam kegiatan keagamaan. Tentu saja kegiatan keagamaan yang aku anut saat itu beserta keluarga besarku. Kecintaanku pada agama Kristen demikian kuat mengakar dan terus bertambah kuat seiring pertumbuhanku menjadi wanita dewasa. Sedari kecil aku sangat rajin ikut Sekolah Minggu, bahkan hampir tidak pernah absen. Aku selalu ingin mendengarkan cerita agama Kristen atau cerita dari Alkitab di Sekolah Minggu. Setiap pelajaran Sekolah Minggu kucatat dalam sebuah buku khusus. Cerita-cerita tersebut kuhafal sampai detail, sehingga setiap perayaan Paskah dan Natal aku selalu menjadi juara lomba cerdas tangkas Sekolah Minggu. Pernah suatu ketika, karena aku sering sekali menang, seorang juri memberikan tes tersendiri. Hal ini untuk memastikan bahwa aku layak mendapatkan juara pertama, apalagi saat itu aku masih lebih muda dari peserta dan juara lainnya. Ternyata aku bisa menjawab pertanyaan juri tersebut. Akhirnya aku tetap mendapatkan hadiah, namun hadiah khusus di luar juara satu sampai tiga. Kebijakan ini untuk memberikan kesempatan pada peserta lain untuk menjadi pemenang.
Ketika aku menginjak usia SMP dan SMA, aku tetap aktif dalam kegiatan persekutuan remaja dan pemuda di sekolah. Aku juga aktif di tingkat yang lebih besar yaitu kegiatan persekutuan antar siswa Kristen dari sekolah-sekolah se-kota Magelang, juga persekutuan remaja di gereja. Bahkan aku juga ditunjuk menjadi ketua persekutuan remaja di gereja. Setiap minggu aku disibukkan dengan kegiatan persekutuan, mempersiapkan acara, topik, pembicara, membuat undangan dan menyebar undangan. Aku tidak pernah bosan mengundang rekan-rekan untuk hadir. Walaupun aku tahu ada di antara mereka yang malas hadir, aku tetap memberikan undangan kepada mereka. Betapa semangatnya aku saat itu…
Setelah lulus SMA, aku meneruskan kuliah di FKG UGM. Dan seperti sebelum-sebelumnya, aku kembali aktif di kegiatan keagamaan (Kristen). Kali ini aku mengikuti kegiatan persekutuan mahasiswa di FKG dan di tingkat UGM. Aku sangat senang dan menikmati kegiatanku tersebut saat itu. Bermacam-macam aktifitas, perayaan Natal, Paskah, panitia lomba vokal grup lagu gerejawi dan lainnya aku ikuti. Aku sering mengajak teman-teman-teman satu kos untuk menyanyi bersama lagu-lagu gerejawi di kos, berdiskusi pemahaman kitab dan lainnya.
Ternyata keaktifanku dalam kegiatan keagamaan ini semakin masuk ke dalam ketika aku diajak bergabung dengan pelayanan “Para Navigator”. Pesertanya sebagian besar mahasiswa. Di sini kami belajar banyak hal tentang kekristenan, dibimbing oleh pembimbing rohani dalam satu kelompok, mengadakan diskusi pemahaman Alkitab setiap minggu dengan menggunakan buku panduan seperti kurikulum yang bertingkat dari dasar ke tingkat tinggi. Di sini kami juga diajarkan dan diminta untuk menghafal ayat-ayat Alkitab –dengan diberikan panduan berupa kartu yang berisi ayat untuk dihafalkan-, dan setiap minggu harus bertambah ayat yang kami hafal. Akhirnya aku dapat menyelesaikan paket kurikulum dan diminta membimbing anak rohani. Metode pelayanan ini biasa dikenal dengan metode sel, belajar berkelompok, kemudian berkembang dengan masing-masing anggota yang akan memiliki anak-anak lain untuk dibimbing, sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya akan berkembang dan bertambah banyak. Dalam pelayanan ini, terkadang kami pun diajarkan dan dianjurkan untuk berdakwah mengajak orang lain mengenal dan mengikuti ajaran Kristen.
Entah mengapa, setelah aku masuk stase (tingkatan) klinik, mulai ada beberapa teman (muslim) yang mendekati dan ingin memperkenalkan Islam kepadaku. Reaksiku? Jelas marah dan kutolak mentah-mentah. Pernah juga aku dipinjami Al-Qur’an dan diminta untuk membacanya oleh seorang teman. Sungguh aku sangat marah terhadapnya sampai-sampai aku tak ingin berbicara dengannya.
Sampai akhirnya aku bertemu dengan dia –sebut saja A– yang alhamdulillah kini telah menjadi suamiku. Kalau teman-teman lain ingin memperkenalkan Islam dengan cara langsung dengan Al-Qur’an dan hal-hal lainnya yang jelas-jelas berbau Islam, maka A mengenalkan Islam dari sisi yang beraroma Kristen. Dan aku sangat antusias saat itu. Apalagi ia menyatakan bahwa jika Kristen lebih benar dari Islam, maka dia akan mengikuti agama Kristen. Kesempatan emas! Pikirku. A juga banyak bertanya tentang Bible, bahkan ia katakan telah tamat membaca Alkitab Perjanjian Baru sebanyak tiga kali! Aku pikir, orang ini benar-benar tertarik akan agama Kristen. Aku saja belum pernah membaca dari awal hingga akhir kitab tersebut secara berurutan. Aku semakin bersemangat saat itu. Banyak yang dia ketahui tentang Alkitab Kristen dan tentang Kristen. Ternyata sejak kecil ia bersekolah di sekolah Katholik dan mempelajari agama Katholik serta sejarahnya, dan ketika ia kuliah di UGM, ia juga terkadang berkunjung ke toko buku Kristen untuk membaca.
Namun, yang terjadi selanjutnya ternyata di luar dugaanku. A memang banyak tahu tentang agamaku, namun ia juga memiliki pengetahuan tentang Islam. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan berkaitan dengan agamaku, yang terkadang pertanyaan itu begitu mudah, namun aku sangat kesulitan menjawabnya. Diskusi-diskusi yang kami lakukan membuat kami menjadi dekat. Aku pun telah lulus kuliah dan bekerja. Begitu pula A, hanya saja dia bekerja di Jakarta. Namun, kami masih terus melanjutkan diskusi tentang agama Kristen yang telah kami lakukan sebelumnya. Ya… masih berlanjut seperti itu, pengenalan tentang agama Islam yang dilakukan dengan cara tidak langsung.
Dari diskusi-diskusi itulah ia terkadang memasukkan sentilan Islam secara tidak langsung dan tidak aku sadari (karena pertanyaan dan hal-hal yang didiskusikan sebenarnya telah jelas jawabannya di Islam). Banyak bentrok di antara kami dalam diskusi tersebut. Kadang bahkan membuat aku marah, menangis, jengkel. Namun diskusi itu terus berlanjut. Masih ada rasa penasaran, jengkel dan marah yang berbaur menjadi satu. Namun… banyak sekali pertanyaan darinya yang tidak bisa aku jawab. Akhirnya A mengusulkan agar meminta pendeta yang ahli untuk diajak diskusi bersama. Wah!! Betapa senangnya aku mendengar sarannya itu. Orang ini benar-benar bersemangat belajar Kristen. Aku sangat berharap akhirnya nanti dia bisa beragama Kristen. Rasanya bahagia jika aku berhasil membuat ia mengikuti iman Kristen.
Dengan sebab tersebut, aku mencari dan menghubungi pendeta yang terkenal, senior dan sangat berkualitas di Jogja. Sebut saja pendeta X. Aku berharap pendeta X dapat membantuku ‘memberi pelajaran’ tentang Kristen kepada A. Keluargaku pun ikut bersemangat dan sangat mendukung rencanaku ini. Saat itu, aku bersyukur bapak pendeta ini mau dan bersedia membantu rencanaku. Akhirnya, kami melakukan diskusi bertiga. Keadaannya saat itu, bukanlah sebagaimana seseorang yang ingin saling berdebat antar agama. Tidak. Kondisi saat itu, baik A maupun aku sama-sama sebagai orang yang belajar dan mencari kebenaran. Walaupun tidak ada pernyataan sebagaimana yang A lakukan bahwa jika Islam lebih benar aku akan mengikuti agamanya.
Mulailah kami berdiskusi setiap pekan di hari Sabtu. Beberapa pertanyaan yang A ajukan antara lain adalah:
Kapan dan bagaimana cara Yesus berpuasa? Mengapa orang Kristen tidak berpuasa?
Tentang penghapusan hukum Taurat (Yesus menolak membasuh tangan sebelum masuk rumah).
Benarkah kisah yang menceritakan Yesus berdoa dengan bersujud? Dan bagaimana orang Kristen berdoa saat ini? Dahulu, orang Yahudi termasuk Yesus dikhitan. Mengapa orang Kristen sekarang tidak? Pendeta menjawab, orang Kristen ada yang berkhitan tapi bukan untuk mengikuti hukum Tuhan (Taurat), tetapi untuk alasan kesehatan.
Mengapa orang Kristen tidak mengenal najis? Padahal hal najis di Taurat lebih berat daripada hukum Islam. Pendeta menjawab, dalam Kristen hal itu tidak perlu karena di dalam tubuh kita juga ada najis.
Apakah surga itu bertingkat-tingkat menurut Kristen?
Pendeta menjawab, “Tidak, dalam Kristen surga tidak bertingkat-tingkat.”
Lalu kami bertanya, “Mengapa dalam injil dikatakan ada surga rendah dan surga tinggi?”
Terdapat ramalan dalam Alkitab tentang kedatangan anak manusia ‘Ia akan berada di perut bumi tiga hari tiga malam’ seperti kejadian nabi Yunus di dalam perut ikan. Siapakah dia?
Pendeta menjawab, “Jelas ramalan untuk Yesus setelah kematian di kayu salib dan dikubur di gua.”
Akhirnya kami bertiga sama-sama menghitung. Dan berkali-kali, hasil perhitungan itu adalah dua hari dua malam atau maksimal adalah tiga hari dua malam dengan konsekuensi memasukkan hari minggu sebagai satu hari penuh, padahal minggu pagi –sebelum matahari terbit- , kubur Yesus telah kosong. Karena perhitungan tersebut tidak cocok dengan ramalan tiga hari tiga malam, pertanyaan tersebut ditunda untuk didiskusikan pekan berikutnya.
Saat kami datang pekan berikutnya, pendeta sudah memiliki jawaban, yaitu perhitungan hari orang Yahudi berbeda dengan kita.
Waktu itu kami tercengang, heran namun akhirnya tersenyum mengerti bahwa sebenarnya pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh sang pendeta. Padahal kejadian nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam gua selama tiga hari tiga malam mestinya lebih bisa menjawab ramalan tersebut.
Ah, saudariku… sebenarnya masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang kami diskusikan saat itu. Kiranya ini cukup untuk menggambarkan diskusi yang terjadi saat itu. Pertanyaan-pertanyaan kami bukanlah pertanyaan yang berat yang berkaitan dengan akidah. Bukan tentang trinitas ataupun ketuhanan Yesus. Namun, itupun banyak yang tidak terjawab. Dan dalam diskusi ini, A tidak pernah mendebat dengan dalil-dalil Islam, Al-Qur’an dan hadits. Sehingga memang terkesan bahwa kami berdua sedang berguru kepada pendeta tersebut.
Kami tidak pernah berdebat, menyalahkan atau mempermalukan beliau. Kami tetap hormat, dan pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan berkesan layaknya konfirmasi, “Apakah ini benar”, “Mengapa seperti ini”, dan semacamnya, kemudian menilai jawaban yang pendeta tersebut berikan. Dan jika kami tahu sebenarnya beliau tidak dapat menjawab pertanyaan kami, dan tampak jawabannya dipaksakan, tidak logis (seperti tentang ramalan tiga hari tiga malam), maka kami hanya tersenyum dan tidak memperpanjang pembahasan hal tersebut. Saat itu, pendeta tersebut menganjurkan agar kami membaca buku karangan seorang Pastor yang berjudul Gelar-Gelar Yesus. Namun, aku malah mendapati, si pengarang justru mengatakan bahwa di Alkitab tidak ada yang secara langsung menyebutkan bahwa Yesus itu Tuhan dan dia tidak pernah menyatakan diri sebagai Tuhan. Sehingga anjuran ini justru menjadi semakin menambah pertanyaanku dan memperbesar keraguanku akan iman Kristen.
***
Setelah diskusi berlangsung beberapa kali, pendeta tersebut minta maaf karena tidak bisa melanjutkan diskusi lagi karena akan pergi ke luar negeri selama beberapa waktu. Beliau merekomendasikan dua orang pendeta untuk menggantikan posisi beliau selama beliau tidak ada. Pendeta pertama adalah seorang yang dulunya beragama Islam namun keluar (murtad) dari agama Islam dan menjadi pendeta. Saat kami mendatangi rumah pendeta ini, dari pembicaraan dengannya terkesan bahwa beliau menolak dan menghindar dengan alasan yang tidak jelas. Pendeta kedua adalah seorang doktor teologia ahli perbandingan agama dan memiliki kedudukan yang cukup tinggi di sebuah universitas. Karena kesibukan dan kedudukan beliau inilah, kami agak kesulitan menemui beliau. Ketika akhirnya kami berhasil menemuinya, ternyata beliau keberatan dan tidak bersedia berdiskusi bersama kami dengan alasan sibuk. Pendeta kedua ini menyarankan agar kami kembali berdiskusi dengan pendeta X. Karena proses diskusi ini (yang tadinya aku berharap begitu banyak para pendeta ini dapat memberi pelajaran pada A) ternyata sedikit terhambat, akhirnya aku mendatangi pendeta X seorang diri. Aku menceritakan semua hal berkenaan dengan latar belakang diskusi ini dan aku memohon kepada beliau untuk membantuku meneruskan proses diskusi dengan A. Sayangnya… ternyata beliau menolak permintaanku dengan alasan yang tidak jelas –bahkan bisa dikatakan tanpa alasan-. Sebagaimana harapan besar lainnya – yang jika tertumpu pada seseorang namun ternyata tidak dipenuhi oleh orang tersebut-, maka kekecewaan yang besar pun kurasakan waktu itu. Ketika aku pamit pulang, pendeta tersebut masih sempat berpesan kepadaku,
“Apapun yang terjadi, jangan sampai kamu menikah dengan dia (A). Kalau dia tidak mau masuk agama Kristen, pertahankan imanmu (iman Kristen).”
Gundah, bingung, sedih, dan kekecewaan yang menumpuk, semua bergumul menjadi satu setelah mendapat berbagai penolakan dari pihak-pihak yang aku harapkan dapat membantuku memberi penjelasan tentang agama Kristen ini kepada A. Bahkan pihak-pihak ini adalah orang yang kuanggap pakar dan ahli sehingga dapat membantuku menjawab dan menjelaskan tentang agama Kristen kepada A. Aku pun merasakan sesuatu yang janggal dari pesan terakhir dari pendeta X. Aku simpulkan bahwa sebenarnya mereka tidak memiliki argumen dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan aku merasakan bahwa ada sesuatu yang kurang dari agama ini (Kristen).
Sejak itulah, aku berusaha melihat dan menilai Islam dan Kristen sebagai dua agama yang sejajar kedudukannya, dan aku berusaha berada pada posisi netral seakan-akan sedang menjadi juri untuk keduanya. Berat dan tertekan. Itu yang aku rasakan ketika harus bergumul dan berusaha keras untuk melepaskan diri dari doktrin Kristen. Doktrin yang telah aku cintai sejak kecil dan telah kuikat secara sungguh-sungguh. Namun, dari sinilah aku mulai membuka diri dengan selain Kristen. Aku baru bisa mulai mempelajari seperti apa Islam sebenarnya. Kesan pertama yang kudapatkan dalam penilaianku adalah, ‘Apa yang jelek dari Islam? Kelihatannya ajarannya ok ok saja.’ Sambil melakukan ini, aku tetap terus membaca Alkitab Kristen.
Suatu ketika, A mengajukan suatu ayat dalam Alkitab yang mengatakan, ”Jangan sampai kita sudah setiap hari menyeru ‘Tuhan-Tuhan,’ tetapi tidak selamat seperti yang tertulis dalam Injil.”
Kata-kata ini terpatri dalam benakku. Malam harinya, aku mencari ayat itu dalam Alkitab dan menemukannya, yaitu pada Matius 7:21, yang isinya, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-ku yang di sorga.”
Aku termenung seakan-akan tak percaya yang aku baca. Perlahan-lahan ‘ku tutup Alkitab yang sedang kubaca tersebut.
Keesokan harinya dan hari-hari sesudahnya terasa seperti hari penuh perenungan untuk pikiran dan benakku. Walaupun aku (berusaha) beraktifitas seperti biasa, namun pikiranku tidak tenang memikirkan ayat tersebut. Untuk meyakinkan diriku, ‘ku baca kembali ayat tersebut berulang-ulang, namun ternyata aku justru menjadi ketakutan setelah memikirkan makna yang terkandung di dalamnya. Sepertinya ayat ini sangat berkaitan dengan apa yang telah aku lakukan selama ini, dan aku takut ternyata aku termasuk yang pada akhirnya tidak masuk surga. Jangan-jangan apa yang kulakukan selama ini walaupun dengan kecintaan dan kesungguhan dan penuh perjuangan adalah hal sia-sia.
Sejak itu, aku mulai tertarik dengan Islam dan menjadikannya alternatif pengganti agamaku. Aku mulai bekerja di luar kota Yogyakarta di sebuah Puskesmas di Banjarnegara. Sendirian… tanpa sanak saudara ataupun teman dekat dan sahabat yang dapat kuajak diskusi tentang Islam. Aku belajar tentang Islam dari pengajian-pengajian masjid di desa yang terdengar dari pengeras suara atau acara desa dan kecamatan yang biasanya terdapat sentilan tentang ajaran Islam. Dan tentu saja tak ketinggalan, aku belajar dari diskusi yang sangat sangat banyak dengan A.
Sampai pada akhirnya, A menawarkanku untuk masuk Islam, dan akupun menyetujuinya walaupun tidak langsung melaksanakannya. Aku masih terus berdiskusi, belajar dan berpikir sehingga aku benar-benar merasa yakin dan mantap untuk memeluk agama Islam. Dan ketika keyakinan ini bertambah kuat, aku merasa ada kebutuhan mendesak yang harus kulakukan, yaitu aktifitas menyembah Allah. Rasanya keyakinanku akan sia-sia dan terasa hampa jika tidak ada aktifitas ibadah yang harus aku lakukan untuk menyembah Allah. Namun, aku sama sekali belum bisa cara beribadah yang ada pada Islam.
Dengan melihat orang sholat di televisi dan memperhatikan teman sholat, akhirnya aku berusaha meniru gerakan sholat. Tentu saja segala sesuatunya masih kacau saat itu. Dengan hanya memakai piyama tidur (tanpa tahu ada aturan harus menutup seluruh aurat saat shalat) menggelar selimut untuk dijadikan sajadah, dan berdiri tidak mengetahui harus menghadap kemana, aku sholat. Ya! Aku sholat! Hanya dengan tiga kalimat yang aku ketahui, bismillahirrahmanirrahim, allahu akbar, dan alhamdulillah dan dengan gerakan yang tanpa urutan dan aturan. Rasanya melegakan karena aku melepaskan keinginan untuk menyembah satu Ilah dan hanya Ilah inilah yang harus aku sembah. Aku lakukan ini berkali-kali tanpa diketahui oleh siapapun. Aku masih belum mengetahui tentang pembagian sholat yang lima waktu. Aku masih sendirian saat itu, menjadi kepala Puskesmas, dan aku pun masih merahasiakan statusku dari siapapun termasuk staf di kantor bahkan Si A tidak tahu kalau aku melakukan sholat karena aku masih malu, takut dan masih menutup diri. Sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengajariku.
Sampailah waktunya…
Aku dan A memberanikan diri datang kepada orangtuaku. Di situ, A mengutarakan keinginanku untuk memeluk agama Islam kepada orangtuaku. Dapat dibayangkan apa yang terjadi. Kekagetan luar biasa, marah, tidak percaya mengelegak keluar. Orangtua memintaku mengutarakan sendiri hal tersebut, dan aku pun mengatakan hal yang sama, “Aku ingin masuk Islam.” Mereka tetap tidak percaya dan memintaku memikirkannya kembali. Aku kembali ke Banjarnegara dan A juga kembali ke Jakarta tempat ia bekerja.
Beberapa waktu kemudian, Bapak, Ibu dan adikku menemuiku di Banjarnegara. Menanyakan kembali keputusan akhirku. Saat itu, aku meminta A menemaniku, karena aku dalam kondisi sangat takut dan kalut. Jawabanku pun tetap sama, “Aku ingin masuk Islam.”
Betapa orangtuaku marah mendengarnya. Sebuah kemarahan yang aku belum pernah menyaksikan sebelumnya. Ibu berkata, “APA KAMU SANGGUP MENGHIANATI YESUS!!! TEGANYA ENGKAU DENGAN YESUS!!!”
Rasanya hatiku teriris mendengar teriakan marah dan kekecewaan yang luar biasa dari kedua orangtuaku tersebut. Aku pun memahami jika akan seperti ini, karena seluruh keluarga besar beragama Kristen dan hampir seluruhnya adalah aktivis-aktivis gereja, sering berkhotbah di gereja. Tidak ada satupun yang beragama lain. Dan… aku yang diperkirakan juga akan mengabdi dengan sesungguhnya pada agama Kristen ternyata menjadi orang pertama yang masuk ke agama Islam. Tentu ini hal yang sangat berat terutama untuk kedua orangtuaku. Anggapan-anggapan negatif baik dari pihak keluarga, jemaat gereja, keluarga besar lainnya tentu akan datang bertubi-tubi menekan mereka. Dengan keputusanku yang tidak berubah ini, akhirnya hubunganku dengan keluarga menjadi agak renggang.
Derai air mata sejak itu masih terus mengalir. Aku sempat ragu ketika mengingat perkataan ibuku,
“Sanggupkah engkau mengkhianati Yesus.”
“Tegakah pada Tuhan Yesus.”
Pikiranku terus berkecamuk, ‘Benarkah itu? Benarkah aku harus menyembah Yesus? Benarkah jika aku memeluk Islam, Yesus akan marah?’ Berkutat pada kebimbangan antara perkataan orangtuaku dan apa yang telah kupelajari dalam Islam. Dalam puncak kebingunganku, aku bermimpi…
Aku hendak pergi tidur. Tiba-tiba… terdengar ketukan dari jendela kayu yang bersebelahan dengan tempat tidurku. Kubuka jendela tersebut dan aku kaget karena ternyata di depanku ada sesosok Yesus (wajahnya memang tidak jelas, namun berjubah dan dalam mimpi itu aku dipahamkan bahwa itu adalah Yesus). Sosok itu tidak berbicara apa-apa namun tampak seperti tersenyum, tidak marah dan mengulurkan tangannya (seperti) hendak menyalamiku. Sosok tersebut tidak berbicara namun aku dipahamkan bahwa maksud beliau adalah mengucapkan selamat kepadaku. Setelah itu sosok tersebut berlalu.
Aku pun terbangun dalam keadaan bingung dan takut. ‘Apa maksud mimpi ini?’ pikirku. Apakah ini suatu tanda bahwa pilihanku benar.
Waktupun berlalu dan aku semakin mengokohkan keputusanku untuk memeluk agama Islam. A yang hampir selalu hadir dalam perjalananku menggapai hidayah Islam ini akhirnya melamarku. Alhamdulillah… akhirnya orangtuaku pun mengizinkan kami menikah. Hubungan kami dengan keluargaku sudah baik kembali sampai saat ini. Kami menikah dengan wali dari KUA. Rasa haru dan bahagia menyelimutiku saat itu. Setelah menikah, aku langsung minta dibelikan mukena dan minta diajarkan shalat. Dan A terus mendampingiku dan mengajarkanku shalat lima waktu. Sampai aku telah dapat melakukan shalat sendiri, A baru bisa menjalankan kewajibannya untuk shalat di masjid.
Perjalananku dalam memahami Islam tentu saja tidak berhenti sampai di situ. Setelah lima tahun sejak aku masuk ke dalam agama Islam, aku melanjutkan studi S2 di FK UGM, jurusan Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis (minat Histologi dan Biologi Sel) dan aku seperti tersentak untuk kedua kalinya. Aku baru menyadari dan memahami betapa Allah mengatur segala sistem dalam tubuh kita dengan begitu rapi, canggih, teratur, beralasan dan sempurna sampai ke tahap molekuler, tanpa kita sadari. Aku banyak termenung saat menyadari hal itu, namun juga menjadikanku banyak bertanya kepada dosen pakar saat itu. Subhanallah, Dia-lah pencipta, pengatur, pemelihara yang sedemikian rupa rumitnya. Dan tidak mungkin semua itu berjalan, berproses dan bermekanisme dengan sendirinya. Mulai saat itulah aku lebih terpacu lagi untuk belajar dengan membaca dan memahami Al-Qur’an.
Dan proses belajar itu terus berlangsung sampai sekarang. Dahulu aku telah mengetahui bahwa Allah-lah, Ilah yang disembah dalam agama Islam. Namun, perlu waktu bertahun-tahun untuk aku memahami bahwa hanya Allah-lah Ilah yang BERHAK untuk disembah. Dan pemahaman ini ternyata suatu perkembangan, semakin kita belajar mengenal Rabb kita, insya Allah semakin bertambahlah pemahaman dan ketauhidan kita, dan akan semakin sadar bahwa masih banyak sekali hal yang tidak kita ketahui. Dari proses pembelajaran inilah aku semakin memahami siapakah Allah yang selama ini aku sembah, mengapa hanya Allah yang harus aku sembah. Kini aku sedikit lebih paham (karena masih banyak hal yang belum aku pahami), tentang kekuatan rububiyah Allah (sebagai pencipta, yang berkuasa) yang melazimkan bahwa hanya Dia-lah yang berhak disembah dan mengapa aku tidak boleh mempersekutukan-Nya karena jika aku melakukan kesyirikan maka ia akan menjadi dosa yang tak terampuni (jika tidak bertaubat).
Saudariku… agama Islam terlalu tinggi, canggih dan terlalu sempurna, dengan konsepnya yang sangat jelas, sehingga agama-agama lain menjadi sangat lemah untuk menjadi pembandingnya, termasuk agama Kristen yang aku anut dahulu.
***
Kisah di atas diceritakan langsung oleh Erlina kepada redaksi Muslimah.or.id, dan redaksi KisahMuslim.com juga mengenal Erlina. Semoga Allah menjaga hamba-hamba-Nya yang beriman…
Artikel KisahMuslim.com

Minggu, 10 Juni 2012

TUGU PERINGATAN SELESAINYA TEROWONG PENGELAK DAN ANAK BENDUNGAN SUTAMI

 Desember tahun 1964 itulah bulan dan tahun selesainya pekerjaan terowong pengelak dan anak  Bendungan Sutami ( Bendungan Karangkates ), itulah yang tertulis di Tugu Peringatan yang berlokasi tidak jauh dari Bendungan Sutami,yang dikelilingi dengan lebatnya pepohonan jati.




 Di Minggu pagi yang cerah 10 Mei 2012 yang sedari kemarin aku janji sama anakku yang kecil ( Rofi ) untuk refreshing sambil bersepeda, setelah tes semester maunya cari pemandangan yang lain dari rutinitas, inginnya jalan-jalan di CFD (car free day) di jalan Ijen Malang, karena jarak yang lumayan jauh akhirnya dengan inisiatif aku ajak bersepeda dengan tujuan  anakku yang belum tahu.
Setelah keluar kampung kami berdua menuju arah Bendungan jarak dari rumah kami ke bendungan +/- 500 meter, di Bendungan sudah banyak lalu lalang orang yang jalan-jalan,banyak juga yang mengendarai sepeda motor, pagi yang cerah banyak diantara pengunjung yang memanfaatkan momen tersebut untuk melihat munculnya mentari pagi,






Setelah melewati Bendungan kearah selatan menuju area yang dulu pernah ditempati JAMBORE NASIONAL Pada tahun 1978, di Desa Sukowilangun tepatnya di Dusun Tawang bagian utara yang letaknya persis di selatan Bendungan Sutami pernah dijadikan sebagai bumi  Perkemahan pada acara Jambore Nasional dan di hadiri oleh Presiden Soeharto pada waktu itu. Dan pada tahun-tahun berikutnya sering di pakai sebagai tempat berkemah oleh para pelajar pramuka dari berbagai sekolah dan berbagai kegiatan seperti off road jeep, sirkuit motor cross dan pernah di tempati even skuteris nasional.

Setelah melewati persimpangan jalan yang mana ditengah persimpangan jalan  tersebut di bangun ground cover ditengahnya ada monumen tunas kelapa, kami belok kiri dengan menatap kearah depan persis maka akan terlihat jelas ada sebuah bangunan berdiri seperti tembok cor.semakin mendekat akan terbaca bahwa bangunan tersebut adalah sebuah tugu peringatan tersebut.
Dibagian belakang tugu tersebut tertulis daftar 13 nama orang yang meninggal selama pelaksanaan pembangunan tersebut, diantara 13 nama  terdapat 3 nama pekerja dari Jepang 1 TAKESHI SAKAMOTO 2 HIYOSHI HAKADA 3 MANABU FURUTA dan yang 10 orang adalah pekerja dari Indonesia  1 SAMANI 2 SOEKIJONO 3 MISERI 4 NYONYA PUAH 5 SOEPARJO 6 CHODJIN 7 KASIRAN 8 TOJIB 9 TARDJI 10 NADJIJO .
 

Dengan melihat tersebut anakku berkomentar kenapa sih tugu peringatan ini  kok gak dirawat Yah, akupun bingung menjawabnya ,hanya sebuah cerita yang kusampaikan bahwa dulunya  terawat bahkan dipasang pagar juga, kan masih ada sisa tembok penanam besi pagar tersebut ( banyak yang  roboh ).itu karena ulah orang yang gak bertanggung jawab saja yang merusak.

Dengan sebuah do'a yang kupanjatkan semogalah semua amal baiknya dari orang yang meninggal tersebut diterima Allah SWT amin, karena diantara jasa orang tersebut juga kita bisa menikamati keindahan bendungan dan manfaat yang dihasilkan dari bendungan tersebut yang berupa listrik dan budi daya ikan serta irigasi sawah yang berada di daerah down streamnya bendungan Karangkates.


Tugu peringatan selesainya pekerjaan terowong pengelak dan anak Bendungan Sutami



















Selasa, 05 Juni 2012

Tips Mengais Keberkahan





Ditulis oleh Muhammad Niam   

Barokah maknanya kebaikan yang melimpah ruah yang tetap dan berkelanjutan pada kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada hambaNya. Keberkahan pada harta artinya kebaikan dan manfaat yang melimpah ruah pada harta tersebut. Seseorang mungkin mempunyai harta yang jumlahnya tidak seberapa, namun karena barokah, harta tersebut menfaatnya besar sehingga dirasakan oleh pemiliknya dan orang disekillingnya lebih besar dari jumlahnya. Seseorang yang diberi keberkahan rumah tangga adalah manakala rumah tangga itu walaupun sederhana namun bahagia, tenteram dan mengantarkan anggotanya menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas. Keberkahan pada keturunan manakala mereka menjadi orang yang berguna bagi masyarakat dan berakhlak mulia. Begitu juga keberkahan umur adalah manakala sepanjang umur kita banyak menghasilkan manfaat baik bagi diri kita, keluarga, masyarakat, negara dan bangsa serta meninggalkan sejarah harum. Dan ilmu yang diberkati adalah ilmu yang mengantarkan kepada keimanan pemiliknya dan mendatangkan manfaat bagi kehidupan.

Barokah dapat dikatakan sesuatu yang kecil atau sedikit manfaatnya besar. Atau dalam kata lain barokah identik dengan efesiensi dalam kehidupan moderen kita. Barokah merupakan nilai ideal bagi seorang muslim. Oleh karenanya banyak sekali redaksi doa yang diajarkan Rasulullah s.a.w. agar meminta barokah di setiap tindakan dan amalan kita.
Apakah barokah merupakan karunia Allah semata ataukah dapat kita upayakan? Para ulama mengumpulkan beberapa perkara dan amalan yang berpotensi mendatangkan barokah berdasarkan dalil-dalil sbb:
1. Membaca AL-Quran. Setidaknya empat ayat al-Qur’an Allah yang menegaskan bahwa kitab suci al-Quran membawa barokah, diantaranya firman Allah: “Inilah kitab yang Aku turunkan dan diberkati, maka ikutilah ia dan bertaqwalah agar engkau dikasihani” (AL-An’am:155).
2. Taqwa dan Iman. Allah berfirman “Seadainya penduduk kampung ebriman dan bertaqwa maka Aku bukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi” (Al-A’raf:96).
3. Membaca basmalah pada setiap pekerjaan. Rasulullah s.a.w. bersabda:”Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan basmalah terputus dari keberkahan” (h.r. Ahmad).
4. Makan bersama-sama. Rasulullah s.a.w. bersabda “Makanan dua orang cukup untuk tiga dan makanan tiga orang cukup untuk empat”(h.r. Bukhari).
5. Sahur, seperti ditegaskan sebuah hadist “sesungguhnya pada sahur terdapat barokah” (h.r. Muslim).
6. Air Zamzam. Meminum air Zamzam dapat mendatangkan keberkahan,  karena air Zamzam adalah salah satu tanda-tanda keberkahan Allah yang diberikan kepada Nabi Ismail a.s..
7. Memakan buah atau minyak Zaitun. Al-Qur’an menegaskan bahwa buah Zaitun adalah tumbuhan yang diberkati seperti tercantum dalah surah Al-Nur ayat 35.
8. Lailatul Qadar adalah malam yang mendapatkan barokah seperti ditegaskan dalam al-Quran “Aku Turunkan (al-Qur’an) pada malam yang diberkati, sesunggunya Aku adalah Dzat Yang Memberi peringatan” (Al-Dukhan:3).
9. Sholat Iedul Fitri dan Iedul Adha juga mendatangkan keberkahan.
10. Mengkonsumsi makanan halal mendatangkan keberkahan, sebaliknya makanan yang haram menjauhkan dari keberkahan.
11. Memperbanyak syukur. Allah berfirman “Sekiranya kalian bersyukur, maka niscaya akan Aku tambahi” (Ibrahim:7).
12. Bersedekah juga akan mendatangkan keberkahan, khususnya pada harta. Allah menjanjikan bagi mereka yang bersedekah akan dilipat gandakan pahalanya dan diganti sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat.(h.r. Bukhari Muslim)
13. Menyambung tali silaturrahmi, seperti yang dipesankan oleh Rasulullah s.a.w. bahwa silaturrahmi dan bertetangga yang baik akan meramaikan kehidupan menambah umur. (h.r. Ahmad dll.).
14. Bekerja di pagi hari. Rasulullah s.a.w. pernah berdoa “Ya Allah berkatilah umatku pada pagi hari mereka” (h.r. Abu Dawud).
15. Menikah juga merupakan pekerjaan yang mendatangkan keberkahan. Rasulullah s.a.w. selalu mendoakan orang yang menikah dengan keberkahan.
Semoga kita mendapatkan keberkahan dalam hidup kita. Ameen.

Senin, 04 Juni 2012

muhasabah

Sesaat setelah acara selesai pembacaan QOSIDAH BURDAH di Masjid Al Ikhlas Karangkates,dengan beberapa teman aku  jagong maton ( ngobrol ) ngalor ngidul , yang kadang saling menyentil akan makna hidup , aku banyak terdiam karena hanya akulah yang bukan produk Pesantren ( banyak cerita kenangan pada saat nyantri dulu).
Dari cerita cerita tersebut aku sempat terkenang pada salah satu rekan yang cerita pada sosok seorang sufi yang bernama Uwais Al-Qorni :

Rabi’ bin Khutsaim berkata, “Aku pergi ke tempat Uwais Al-Qarni. Aku mendapati beliau sedang duduk setelah selesai menunaikan shalat subuh.”
Rabi’ bin Khutsaim berkata dalam hati “Aku tidak akan mengganggu beliau dari bertasbih. Setelah masuk waktu zuhur, beliau mengerjakan shalat zuhur, dan begitu masuk waktu ashar, beliau shalat ashar. Selesai shalat ashar, beliau duduk sambil berzikir hingga tiba waktu maghrib. Setelah shalat maghrib, beliau menunggu waktu isya’, kemudian shalat isya’. Selesai shalat isya’, beliau mengerjakan shalat hingga menjelang subuh. Setelah shalat subuh, beliau duduk dan tanpa sengaja tertidur. Tiba-tiba saja beliau terbangun. Ketika itu aku mendengar dia berkata, ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mata yang senang tidur, dan perut yang tidak merasa kenyang.’”

Semula aku tak tertarik dengan cerita tersebut karena aku tak tahu darimana teman tersebut mendapat bahan cerita itu, sampai hampir tengah malam kami semua bubaran, setiba  di rumah  aku langsung merebahkan diri terasa mata ini sulit kupejamkan ku teringat cerita rekan tersebut dan akhirnya bisa aku ambil pelajaran betapa diriku yang senantiasa bergelimang dengan maksiat tapi sering merasa diri sudah baik dan merasa benar Astaghfirullah ampuni hambaMu ini ya Allah